Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 Oktober 2012

Asbak Untuk Papa

Kali ini hanya akan bercerita.

Minggu lalu, saya membelikan asbak untuk papa. Bukan berarti mendukung beliau untuk merokok, kebalikannya, saya justru pengen dia berhenti merokok.

Asbak ini berwarna putih, dengan sepasang paru paru merah yang menjadi ceruk tempat abunya nanti dibuang. Di kanan kirinya, ada 2 buat tempat untuk melatakkan batang rokok.

Awalnya, papa nanya apa keistimewaan asbak itu. Dan saya cuman bilang, coba saja. Dan entah mendapat wangsit dari mana, Papa malah berpikir kalau saya telah melakukan sesuatu pada asbak itu yang membuat tar dan nikotin dalam rokok mengalami degradasi sehingga tidak lagi bahaya. Mentang - mentang anaknya belajar kimia. Saya cuma bilang, coba aja.

Pas papa coba, papa baru tahu. Kalau paru paru kanan terkena abu rokok, dia akan mengeluarkan suara batuk yang kencang berkali kali. Sementara kalau paru - paru kirinya yang terkena abu rokok, dia akan menjerit kesakitan.

Tapi barusan Papa nelpon, bilang kalau asbaknya malah bikin takut orang serumah, termasuk Mbak Mae yang membantu mengerjakan pekerjaan rumah di siang hari.

Asbak ajaib itu sering batuk - batuk dan menjerit meskipun tidak terkena abu rokok.
Entah sensornya yang terlalu sensitif, entah emang seperti itu cara kerjanya.

Sekarang, Ibu juga jadi takut, apalagi kalau lagi belajar malam hari.

Baterai asbaknya dicopot deh. Jadilah dia asbak biasa tanpa kemampuan super.

Yah. Gagal.

Kamis, 28 Juni 2012

The Existence of God


Me : Its worth reading it. Before you read it. its not the matter about religion that appears in this passage. but, its more about the matter of belief of GOD's existence. 

Professor : You are a Christian, aren’t you, son ?
Student : Yes, sir.
Professor: So, you believe in GOD ?
Student : Absolutely, sir.
Professor : Is GOD good ?
Student : Sure.
Professor: Is GOD all powerful ?
Student : Yes.
Professor: My brother died of cancer even though he prayed to GOD to heal him. Most of us would attempt to help others who are ill. But GOD didn’t. How is this GOD good then? Hmm?

(Student was silent.)

Professor: You can’t answer, can you ? Let’s start again, young fella. Is GOD good?
Student : Yes.
Professor: Is satan good ?
Student : No.
Professor: Where does satan come from ?
Student : From … GOD …
Professor: That’s right. Tell me son, is there evil in this world?
Student : Yes.
Professor: Evil is everywhere, isn’t it ? And GOD did make everything. Correct?
Student : Yes.
Professor: So who created evil ?

(Student did not answer.)

Professor: Is there sickness? Immorality? Hatred? Ugliness? All these terrible things exist in the world, don’t they?
Student : Yes, sir.
Professor: So, who created them ?

(Student had no answer.)

Professor: Science says you have 5 Senses you use to identify and observe the world around you. Tell me, son, have you ever seen GOD?
Student : No, sir.
Professor: Tell us if you have ever heard your GOD?
Student : No , sir.
Professor: Have you ever felt your GOD, tasted your GOD, smelt your GOD? Have you ever had any sensory perception of GOD for that matter?
Student : No, sir. I’m afraid I haven’t.
Professor: Yet you still believe in Him?
Student : Yes.
Professor : According to Empirical, Testable, Demonstrable Protocol, Science says your GOD doesn’t exist. What do you say to that, son?
Student : Nothing. I only have my faith.
Professor: Yes, faith. And that is the problem Science has.

Student : Professor, is there such a thing as heat?
Professor: Yes.
Student : And is there such a thing as cold?
Professor: Yes.
Student : No, sir. There isn’t.

(The lecture theater became very quiet with this turn of events.)

Student : Sir, you can have lots of heat, even more heat, superheat, mega heat, white heat, a little heat or no heat. But we don’t have anything called cold. We can hit 458 degrees below zero which is no heat, but we can’t go any further after that. There is no such thing as cold. Cold is only a word we use to describe the absence of heat. We cannot measure cold. Heat is energy. Cold is not the opposite of heat, sir, just the absence of it.

(There was pin-drop silence in the lecture theater.)

Student : What about darkness, Professor? Is there such a thing as darkness?
Professor: Yes. What is night if there isn’t darkness?
Student : You’re wrong again, sir. Darkness is the absence of something. You can have low light, normal light, bright light, flashing light. But if you have no light constantly, you have nothing and its called darkness, isn’t it? In reality, darkness isn’t. If it is, well you would be able to make darkness darker, wouldn’t you?

Professor: So what is the point you are making, young man ?

Student : Sir, my point is your philosophical premise is flawed.
Professor: Flawed ? Can you explain how?
Student : Sir, you are working on the premise of duality. You argue there is life and then there is death, a good GOD and a bad GOD. You are viewing the concept of GOD as something finite, something we can measure. Sir, Science can’t even explain a thought. It uses electricity and magnetism, but has never seen, much less fully understood either one. To view death as the opposite of life is to be ignorant of the fact that death cannot exist as a substantive thing.
Death is not the opposite of life: just the absence of it. Now tell me, Professor, do you teach your students that they evolved from a monkey?

Professor: If you are referring to the natural evolutionary process, yes, of course, I do.
Student : Have you ever observed evolution with your own eyes, sir?

(The Professor shook his head with a smile, beginning to realize where the argument was going.)

Student : Since no one has ever observed the process of evolution at work and cannot even prove that this process is an on-going endeavor. Are you not teaching your opinion, sir? Are you not a scientist but a preacher?

(The class was in uproar.)

Student : Is there anyone in the class who has ever seen the Professor’s brain?

(The class broke out into laughter. )

Student : Is there anyone here who has ever heard the Professor’s brain, felt it, touched or smelt it? No one appears to have done so. So, according to the established Rules of Empirical, Stable, Demonstrable Protocol, Science says that you have no brain, sir. With all due respect, sir, how do we then trust your lectures, sir?

(The room was silent. The Professor stared at the student, his face unfathomable.)

Professor: I guess you’ll have to take them on faith, son.
Student : That is it sir … Exactly ! The link between man & GOD is FAITH. That is all that keeps things alive and moving.

P.S.By the way, that student was EINSTEIN.

Sabtu, 25 Juni 2011

the blogmistress is 18

Dwi Mustika Handayani, penulis blog ini, telah menginjak usia delapan belas. Dua hari yang lalu, Kamis, 23 Juni 2011.


Ah, delapan belas. Ternyata saya bertambah tua, seiring berjalannya waktu, saya harap kedewasaan saya pun berjalan seiring dengan bertambahnya usia saya. Amin.

Tahun ini, sedikit berbeda. Ketika saya dahulu biasanya menunggu nunggu datangnya tanggal ini, bahkan sampai menjaga mata saya tetap terjaga sampai lewat tengah malam. Sungguh lucu ketika saya mengingat, saya menyengajakan diri tidur terlalu larut untuk sekadar mengucap “Selamat Ulang Tahun, Tika” lalu kemudian tidur dan bukannya memperpanjang usia dengan memanjatkan syukur kepada Dia yang telah memberi nafas dan denyut nadi sedemikian banyak, atas segala kenikmatan yang telah Dia berikan selama saya menjalani hidup saya. Ketika saya, menereka – nerka siapa yang akan mengucap selamat pertama kali, berharap seseorang mengingat tanggal ini, dan bahkan menerka hadiah apa saja yang akan saya dapatkan. Luar biasa ya saya, betapa saya dahulu terlalu mengistiwekan tanggal ini.

22 Juni 2011, saya terlelap tidur, kira kira pukul sembilan malam dengan hp ternonaktifkan. Saya meninggalkan sesorang yang saat itu sedang SMS-an sama saya, menghiraukan semua panggilan masuk. Saya kelelahan, pada hari itu.

Ketika pada akhirnya saya terbangun pada dini hari, dan memasak makanan untuk saya sahur, kebetulan hari itu hari kamis. Semua rasanya masih biasa. Nasi abon itu rasanya masih biasa. Pagi itu dingin seperti biasa. Sampai saya sadar tanggal itu adalah tanggal kelahiran saya, sampai saya sadar, bahwa saya hari itu, telah bertambah tua.

Saya mendapatkan beberapa pesan di kotak masuk saya. Okelah jujur saja, saya masih menerka siapa yang pertama kali mengucap selamat kepada saya. Salah satunya dari seseorang. Saya tersenyum, namun sedikit pilu. Alasannya, aneh. Seperti mencampur semua jenis buah buahan, lalu diberi banyak rempah rempah bumbu dapur. Pokoknya aneh.

Setelah saya melihat jadwal kegiatan saya hari itu, yang ternyata cukup padat, saya memutuskan untuk kembali tidur. Tidur semalam tidak mampu rupanya memulihkan penat saya yang menumpuk. Sampai akhirnya seseorang, teman satu kosan saya mengetuk pintu. Saya beler. Saat itu sudah pukul setengah delapan pagi. Seharusnya saya ada pertemuan dengan klub cinematografi di kampus pada pukul delapan.

Saya membuka pintu.

LABBA ZAPPA DOO !

Disana berdiri Tari, Rara, dan Anka dengan Rara membawa kue ulang tahun dengan banyak lilin menancap di atasnya. Nyanyian selamat ulang tahun bergaung di lorong kosan. Dan saya teriak kaget. Jujur. Itu masih sangat pagi mengingat kelas baru ada pukul satu siang. Saya malu, masih bau, mata masih beler dan saya masih nampak lelah. Dan mereka merekam saya. Dengan kecepatan kuda saya melarikan diri saya ke westafel kamar mandi dan menyiram muka saya dengan air. Setidaknya lebih baik.

Setelah meniup lilin. Anka membalik kamera hp Rara dan berkata. “Penggrebekan Tika, selesai”

Lucu. Mereka teman – teman saya.

Rara memotong kue dan menyodorkan kepada saya. Saya galau setengah mati, saya sedang puasa. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan puasa saya. Saya tergoda juga untuk mencicipi kue ulang tahun dari mereka, saya juga merasa tidak tega dans angat berterima kasih dengan mereka yang telah mengupayakan cara seperti ini kepada saya. Anka, rumahnya jauh. Ia harus naik kereta dari Cawang. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa bangun dan datang ke kosan saya sepagi ini untuk hal ini. Padahal saya pun masih tertidur pulas saat itu.

Dan pagi itu, mungkin mereka yang telah menguapkan penat yang semalam terasa, membawa sumringah pada wajah saya. Pagi itu, saya langsung bolos klub cinematografi. Pagi itu, kita langsung menuju ke McDonald Depok Mall, mumpung masih menu breakfast. Kami bercerita banyak, tertawa banyak, menggila banyak seperti orang bodoh. Kami terlihat bodoh ketika makan, terlihat bodoh sebelum makan, dan terlihat bodoh sesudah makan. Kira kira satu setengah jam lamanya kami disana, berceloteh tentang apapun yang lucu dan menyebalkan di dunia ini, ketika pada saat itu, toko – toko lain di Depok Mall belum mulai buka.

Jadwal hari itu pun mengalir begitu saja seperti hari hari sebelumnya. Latihan saman, dilanjutkan dengan kelas kimia organik, lalu kelas fisika modern.

Malamnya ibu dan ayah saya datang ke depok untuk sekadar makan malam bersama. Agak lucu ya sebenarnya, saya telah delapan belas tahun, tapi ibu dan bapak saya masih seperti ketika saya lima belas tahun. Ibu saya, dari kantornya di daerah thamrin, langsung naik kereta ke Depok. Ayah saya, mengemudi mobil dari rumah. Dan saya, mengojek dari kosan. Kami bertemu di halte Pondok Cina. Dan makan malam keluarga berlangsung, seperti biasanya.



Dan malam harinya, sesorang membuat suatu tulisan di blog yang sangat menyenangkan sekaligus menjengkelkan. this page Arfanizar, dia teman saya yang menyebalkan, tetapi sangat baik.

Dan saya tidur hari itu dengan senyum. Lagi lagi kelelahan.

Dan bantal, guling, boneka teddy, panda, dan kasur saya, terasa jauh lebih empuk. Suara-suara malam pun bersahutan mengantar saya masuk ke dalam mimpi mimpi saya.

Semoga esok selalu lebih baik.

Itu ceritaku, mana cerita kamu ?

Senin, 17 Mei 2010

sejuta wajah, sejuta kisah

bismillah

hari ini, saya melihat banyak wajah .

wajah seorang perempuan yang penuh mimpi dan pengharapan .
bola matanya bulat dan hitam entah seperti batu apa pun yang terhitam .
menatap lurus ke depan .
menerapkan apa kata Mas Donny untuk menaruh mimpinya 5 cm di depan kening .
ya, tepat pada 5 cm menggantung di depan keningnya ia melihat hamparan mimpi dan harapan, tak melepaskannya kemana pun ia melangkah .
dan saya melihatnya di cermin pagi ini .

wajah banyak orang yang keningnya berkerut-kerut seperti gelombang .
sebentar hilang dan sedetik kemudian timbul .
kepala kepala yang menunduk .
menyelam dalam ribuan soal, dan tak sadar bahkan ketika seseorang berkata “hai, pelajaran apa pagi ini ?”

wajah wajah yang tersenyum ramah .
melambai-lambaikan tangannya, mengatur mobil – mobil agar berbaris rapi .
memindahkan palang bersemen bertuliskan “parkir guru” ke tempat lain agar ada tempat bagi mobil siswa yang mengemudi .
meski mentari tetap menunjukkan kekuatannya .
kulit itu mulai menghitam, peluh membanjiri keningnya yang melengkung .
tapi segaris senyum dan gelak tawa layaknya oasis di tengah gurun pasir .

wajah wajah yang terpaku di depan layar computer selama satu hari penuh .
padahal 3 sampai 4 jam saja telah mampu membuat mata panas dan berair .
jari jari mereka menari nari di atas keyboard sementara mata tetap berkonsentrasi pada dokumen entah itu apa . kesalahan pada satu kata mungkin bisa membuatnya haru mengulang kembali apa yang sudah dia kerjakan selama tujuh jam hari itu .
atau tidak, mungkin bos mereka akan memarahi mereka habis habisan .

wajah teduh menjalani hidup dengan ikhlas dalam kendaraan jingga beroda tiga .
mengantarkan dua orang penumpang ke tempat tujuan, menelusuri jalan tikus menghindari kemacetan yang menggila .
dan bingung ketika Tuhan memutuskan rantai kendaraannya .
namun tetap bersabar sampai-sampai ia merelakan kehilangan separuh harga dari tarif yang seharusnya .
semoga tak berarti malam itu anak anaknya harus akan setengah porsi .
Tuhan, tolong jaga sopir bajaj baik hati itu 

juga raut wajah lain di sepanjang lorong kumuh, wajah – wajah di atas ular besi panjang yang meliuk cepat , dengan kisah berbeda dibalik wajah – wajah tersebut .
setiap wajah menyimpan rahasia yang berbeda, namun mencari satu hal yang sama, kebahagiaan