Kalian saling menatap mata ia yang berdiri di hadapan kalian,
menyelami kedalamannya, merengkuh haru. Perpisahan memang tidak akan pernah
mudah, meskipun sebuah hari dalam kalender kalian sudah ditandai, hari kalian akan bertemu kembali .
Tiga bulan.
Dua kata itu merupakan hantu yang menakutkan bagi kalian.
Tiga bulan yang bisa terasa seperti tiga tahun, atau bahkan tiga abad untuk
kalian bisa kembali berdiri bersisian dengan jemari yang bersilang – silangan. Dua
kata yang mencipta hubungan segi tiga antara kalian berdua dan jarak. Bernama
rindu.
Kalian saling berbagi pesan. Pesan untuk setia, untuk semangat meraih mimpi, atau sekadar menjaga kesehatan.
“Belajar yang rajin ya”, ujar yang pria.
“Kamu juga”, balas yang lainnya.
Serenade perpisahan kalian nyanyikan berdua, berbalut
kemelut senja yang digdaya. Kalian akan bertemu lagi bila Tuhan masih berbaik
hati menganugerahkan nafas. Hanya itu yang kalian percaya.
Kalian berangkulan. Lama, dan semesta serasa membeku.
Kalian berangkulan. Lama, dan semesta serasa membeku.
Dua kata itu menyihir setiap bait kata pengantar tidur
menjadi terlalu lembut. Atau sapaan pagi bagai suntikan amunisi sepanjang hari.
Dua kata yang membuat waktu berjalan begitu lambat. Menjadi trigger kalian untuk
segera menyelesaikan segala urusan yang hadir dalam perjalanan waktu menantang
dua kata itu. Sampai hari yang kalian berdua tau.
Hari itu selalu terasa terlalu lama kedatangannya untuk dinanti. Kalian rindu. Rasa yang membuat kalian berusaha mencari celah waktu kosong untuk bertemu di sela kesibukan yang membelengggu. Sampai akhirnya kalian bertemu, lebih cepat dari yang kalian bisa duga. Pada hari itu, kalian
tertawa renyah. Konspirasi antara rindu dan semesta telah menang
melawan waktu.
Dan waktu tersenyum menyaksikan semua konspirasi manis itu.
Dan waktu tersenyum menyaksikan semua konspirasi manis itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
drop some words!