bukankah kita terlalu muda dan terlalu brilian untuk menjadi seorang yang apatis?
Jumat, 09 Desember 2011
Sabtu, 17 September 2011
Jawaban J.P. Morgan Untuk Cewek Matre Yang Mencari Pria Kaya
Sepucuk surat dilayangkan seorang cewek cantik yang ingin mendapatkan
pria kaya yang dimuat di suatu majalah. Suratnya ditanggapi oleh
seorang pria kaya dengan serius. Bagus kata-katanya dan jangan lupa
lihat nama pria yang membalas suratnya. Seorang gadis muda dan cantik, mengirimkan surat ke sebuah majalah terkenal, dengan judul:
Somehow true
Sumber : dari http://tyaluvcottoncandy.tumblr.com/post/7235780874/jawaban-j-p-morgan-untuk-cewek-matre-yang-mencari-pria dari http://www.dunia-galang.co.cc/2011/06/inilah-jawaban-jp-morgan-untuk-cewek.html#ixzz1RAHHkqcw
“Apa Yang Harus Saya Lakukan Untuk Dapat Menikah dengan Pria Kaya?”
Saya akan jujur, tentang apa yang akan coba saya katakan di sini. Tahun ini saya berumur 25 tahun. Saya sangat cantik, mempunyai selera yang bagus akan fashion. Saya ingin menikahi seorang pria dengan penghasilan minimal $500ribu/tahun. Anda mungkin berpikir saya matre, tapi penghasilan $1juta/tahun hanya dianggap sebagai kelas menengah di New York . Persyaratan saya tidak tinggi. Apakah ada di forum ini mempunyai penghasilan $500ribu/tahun? Apa kalian semua sudah menikah? Yang saya ingin tanyakan: apa yang harus saya lakukan untuk menikahi orang kaya seperti anda? Yang terkaya pernah berkencan dengan saya hanya $250rb/tahun. Bila seseorang ingin pindah ke area pemukiman elit di City Garden New York , penghasilan $ 250rb/tahun tidaklah cukup.Inilah balasan dari seorang pria yang bekerja di Finansial Wall Street :
Dengan kerendahan hati, saya ingin menanyakan:
- dimana para lajang2 kaya hang out?
- kisaran umur berapa yang harus saya cari?
- kenapa kebanyakan istri dari orang2 kaya hanya berpenampilan standar?
- saya pernah bertemu dengan beberapa wanita yang memiliki penampilan tidak menarik, tapi mereka bisa menikahi pria kaya?
- bagaimana, anda memutuskan, siapa yang bisa menjadi istrimu, dan siapa yang hanya bisa menjadi pacar?
ttd.
Si Cantik
Saya telah membaca surat mu dengan semangat. saya rasa banyak gadis2 di luar sana yang mempunyai pertanyaan yang sama. ijinkan saya untuk menganalisa situasi mu sebagai seorang profesional. Pendapatan tahunan saya lebih dari $500rb, sesuai syaratmu, jadi saya harap semuanya tidak berpikir saya main2 di sini. dari sisi seorang bisnis, merupakan keputusan salah untuk menikahimu. jawabannya mudah saja, saya coba jelaskan, coba tempatkan “kecantikan” dan “uang” bersisian, dimana anda mencoba menukar kecantikan dengan uang: pihak A menyediakan kecantikan, dan pihak B membayar untuk itu, hal yg masuk akal. tapi ada masalah disini, kecantikan anda akan menghilang, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa ada alasan yang bagus. faktanya, pendapatan saya mungkin akan meningkat dari tahun ke tahun, tapi anda tidak akan bertambah cantik tahun demi tahun. Karena itu, dari sudut pandang ekonomi, saya adalah aset yang akan meningkat, dan anda adalah aset yang akan menyusut. bukan hanya penyusutan normal, tapi penyusutan eksponensial.
Jika hanya (kecantikan) itu aset anda, nilai anda akan sangat mengkhawatirkan 10 tahun mendatang. dari aturan yg kita gunakan di Wall Street, setiap pertukaran memiliki posisi, kencan dengan anda juga merupakan posisi tukar. jika nilai tukar turun, kita akan menjualnya dan adalah ide buruk untuk menyimpan dalam jangka lama, seperti pernikahan yang anda inginkan. mungkin terdengar kasar, tapi untuk membuat keputusan bijaksana, setiap aset dengan nilai depresiasi besar akan di jual atau “disewakan.” Siapa saja yang mempunyai penghasilan tahunan $500rb, jelas bukan orang bodoh, kami hanya mau berkencan dengan anda, tapi tidak akan menikahi anda.
Saya akan menyarankan agar anda lupakan saja untuk mencari cara menikahi orang kaya. Lebih baik anda menjadikan diri anda orang kaya dengan pendapatan $500rb/tahun. Ini kesempatan yang jauh lebih bagus daripada mencari orang kaya bodoh. mudah2an balasan ini dapat membantu. Jika anda tertarik untuk servis “sewa pinjam,” hubungi saya.
ttd,
J.P. Morgan
Somehow true
Sumber : dari http://tyaluvcottoncandy.tumblr.com/post/7235780874/jawaban-j-p-morgan-untuk-cewek-matre-yang-mencari-pria dari http://www.dunia-galang.co.cc/2011/06/inilah-jawaban-jp-morgan-untuk-cewek.html#ixzz1RAHHkqcw
Senin, 05 September 2011
#ceritahijab Dwi Mustika Handayani
Bismillah, kemaren adalah hijab day sedunia. Saya menyimak timeline saya banyak hashtag #ceritahijab disana, saya memang tidak membacanya satu per satu, tetaoi saya ingin berbagi #ceritahijab saya disini.
Awalnya, memang, saya memakainya karena terpaksa. Jangan bayangkan seorang anak kecil uyang menangis ketika disuruh mengenakan jilbab. Karena memang bukan seperti itu, Sejak kecil, bahkan sejak saya belum bisa bicara, ibu saya selalu memakaikan jilbab di kepala mungil saya di berbagai kesempatan. Sampai akhirnya, ya seperti itulah makna berpakaian yang saya mengerti.
Saya disekolahkan di TK Islam, yang membuat saya bertahan dengan jilbab mungil saya yang hanya dikaretkan ke belakang kepala saya. Namanya juga anak kecil, saya hanya menggunakannya saat bepergian, tapi ketika bermain di lingkungan rumah, bahkan saya hanya menggunakan celana pendek dan kaos pendek. Jilbab saya masih buka tutup seperti polisi menangani kemacetan di Malangbong dan Tasikmalaya.
Padahal pada usia itu, saya sudah belajar menggunakan jilbab segi empat. Tapi saya memaksa ibu saya agar mengizinkan saya melepas jilbab.
Kalau mengingat alasannya, lucu sebenarnya. Saya ingin melepas jilbab karena..beberapa teman saya mengatakan bahwa saya lebih cantik kalau melepas jilbab. Mereka menyukai rambut saya. Dan seorang anak laki-laki, yang saat itu seringkali diledekin sama saya, mengaku pada temanku dia menyukai saya karena sempat melihat saya tidak memakai jilbab ketika bermain di halaman belakang rumah. Aneh ya.
Tapi ternyata saya tidak benar-benar melakukannya. Saya memang mudah melupakan sesuatu. Seandainya pun saya ingat, ibu saya selalu menjawab "kapan kapan" atau "nanti saja". Saya menganggap itu sebagai ya, tapi nanti. Sehingga saya mungkin lelah bertanya.
Sampai akhirnya saya menyelesaikan studi saya di bangku sekolah dasar dan meneruskan ke SMP saya yang Boarding School dan memiliki pendidikan agama kuat. Saya makin terbiasa menggunakan jilbab. Bahkan di sekolah saya waktu itu, panjangnya jilbab ditentukan. Saya tidak keberatan memakai jilbab seperti teman-teman saya yang lain yang mengaku kegerahan karena baru memakai jilbab ketika memasuki pesantren ini.
Dan saya lulus dari SMP tersebut, dan masih mengenakan jilbab saya sampai saat ini.
Tiba tiba saya ingat tentang permintaan saya kepada ibu ketika saya kelas dua dahulu. Saya menagihnya ketika saya sudah menduduki bangku SMA. Saya bertanya sambil bercanda
Ibu saya akhirnya bercerita betapa beliau dahulu sangat bingung ketika saya meminta hal itu, katanya, beliau takut kalau diizinkan saya malah keterusan, tapi beliau juga khawatir kalau dilarang, takutnya saya malah nekad. AKhirnya beliau putuskan untuk menjawab seperti itu, sampai pada saatnya saya paham sendiri tentang hukumnya.
Terkadang saya sempat berpikir...seandainya rambut bukan aurat. hahaha Astaghfirullah.
Eh sebenarnya mungkin yg daritadi saya bicarakan adalah kerudung, bukan jilbab, karena maknanya sesungghnya berbeda. Tapi saya dari dulu bilangnya jilbab. Yaudah maafin aja yaa hehe.
Semoga saya bisa berjilbab lebih baik lagi ke depannya, amin.
Susah, serius. Rasanya masih senang menggunakan celana jeans yang skinny karena saya terlihat lebih tinggi, rasanya masih senang menggunakan baju macam-macam. Bahkan kalau pesta, saya pernah menggunakan legging beberapa kali. Saya cuma pakai rok kalau mood saja -,- Hahaha.
ini #ceritahijab ku, mana ceritamu ?
Saya disekolahkan di TK Islam, yang membuat saya bertahan dengan jilbab mungil saya yang hanya dikaretkan ke belakang kepala saya. Namanya juga anak kecil, saya hanya menggunakannya saat bepergian, tapi ketika bermain di lingkungan rumah, bahkan saya hanya menggunakan celana pendek dan kaos pendek. Jilbab saya masih buka tutup seperti polisi menangani kemacetan di Malangbong dan Tasikmalaya.
Sampai pada suatu hari, saya ingin lepas jilbab.
Saat itu saya berada di bangku kelas 3 SD.Padahal pada usia itu, saya sudah belajar menggunakan jilbab segi empat. Tapi saya memaksa ibu saya agar mengizinkan saya melepas jilbab.
Kalau mengingat alasannya, lucu sebenarnya. Saya ingin melepas jilbab karena..beberapa teman saya mengatakan bahwa saya lebih cantik kalau melepas jilbab. Mereka menyukai rambut saya. Dan seorang anak laki-laki, yang saat itu seringkali diledekin sama saya, mengaku pada temanku dia menyukai saya karena sempat melihat saya tidak memakai jilbab ketika bermain di halaman belakang rumah. Aneh ya.
"Bu, tika mau ke sekolah gapake jilbab dong, sekali.......aja", rengekku pada ibu
"Loh..loh..kenapa? bukannya tika suka pake jilbab?", tanyanya
"Iya tika suka, tapi kata temen-temen tika, tika lebih cantik kalo ga pake jilbab", saya berargumen
"Orang yang cantik, kalau memakai jilbab, lebih cantik di mata Allah..", jelas ibu
"Tapi kan sekali aja buu, boleh yaaa?", paksaku
"Yasudah, tapi kapan kapan ya...", jawabnya akhirnya
"HORE!" saya melonjak kegirangan
Tapi ternyata saya tidak benar-benar melakukannya. Saya memang mudah melupakan sesuatu. Seandainya pun saya ingat, ibu saya selalu menjawab "kapan kapan" atau "nanti saja". Saya menganggap itu sebagai ya, tapi nanti. Sehingga saya mungkin lelah bertanya.
Sampai akhirnya saya menyelesaikan studi saya di bangku sekolah dasar dan meneruskan ke SMP saya yang Boarding School dan memiliki pendidikan agama kuat. Saya makin terbiasa menggunakan jilbab. Bahkan di sekolah saya waktu itu, panjangnya jilbab ditentukan. Saya tidak keberatan memakai jilbab seperti teman-teman saya yang lain yang mengaku kegerahan karena baru memakai jilbab ketika memasuki pesantren ini.
Dan saya lulus dari SMP tersebut, dan masih mengenakan jilbab saya sampai saat ini.
Tiba tiba saya ingat tentang permintaan saya kepada ibu ketika saya kelas dua dahulu. Saya menagihnya ketika saya sudah menduduki bangku SMA. Saya bertanya sambil bercanda
"Bu, mana dulu katanya tika boleh gapake jilbab sehari?", todongku
"Masih mau ? Yaudah sana kalau berani", sahutnya
saya cuma nyengir.....
Ibu saya akhirnya bercerita betapa beliau dahulu sangat bingung ketika saya meminta hal itu, katanya, beliau takut kalau diizinkan saya malah keterusan, tapi beliau juga khawatir kalau dilarang, takutnya saya malah nekad. AKhirnya beliau putuskan untuk menjawab seperti itu, sampai pada saatnya saya paham sendiri tentang hukumnya.
Terkadang saya sempat berpikir...seandainya rambut bukan aurat. hahaha Astaghfirullah.
Eh sebenarnya mungkin yg daritadi saya bicarakan adalah kerudung, bukan jilbab, karena maknanya sesungghnya berbeda. Tapi saya dari dulu bilangnya jilbab. Yaudah maafin aja yaa hehe.
Semoga saya bisa berjilbab lebih baik lagi ke depannya, amin.
Susah, serius. Rasanya masih senang menggunakan celana jeans yang skinny karena saya terlihat lebih tinggi, rasanya masih senang menggunakan baju macam-macam. Bahkan kalau pesta, saya pernah menggunakan legging beberapa kali. Saya cuma pakai rok kalau mood saja -,- Hahaha.
Bantu anak keras kepala ini ya :P
ini #ceritahijab ku, mana ceritamu ?
Sabtu, 03 September 2011
Ucapan Hari Raya
bismillah.
Banyak banget ya versi versi ucapan Hari Raya Idul Fitri, ada yang membuat puisi, pantun, kata-kata mutiara..sampai yang to the point mengucap maaf atas kesalahan. Yah, semuanya sama menurut saya, sama sama meminta maaf agar benar - benar terlahir kembali di hari Idul Fitri, dan meningkatkan ketaqwaan pada Allah swt untuk seterusnya..
Ada satu ucapan yang paling saya suka, dari ibu.
well, Selamat Lebaran semuanya
IED MUBAROK
mohon maaf lahir dan bathin, taqabalallahu minna wa minkum :)
Banyak banget ya versi versi ucapan Hari Raya Idul Fitri, ada yang membuat puisi, pantun, kata-kata mutiara..sampai yang to the point mengucap maaf atas kesalahan. Yah, semuanya sama menurut saya, sama sama meminta maaf agar benar - benar terlahir kembali di hari Idul Fitri, dan meningkatkan ketaqwaan pada Allah swt untuk seterusnya..
Ada satu ucapan yang paling saya suka, dari ibu.
Jika Allah mencintai seseorang, Allah akan mengujinyaJika ia sabar, Allah akan memilihnyaJika ia ridha, Allah akan menyucikannyaJika kita rasakan beratnya kaki menapak dan letihnya bersabar...itulah indikasi jawaban dari pertanyaan mengapa perjuangan itu pahit ?Karena surga itu manisJanganlah meminta Allah untuk meringankan beban, tapi mintalah Allah untuk menguatkan pundakmuDalam kesakitan teruji kesabaran..Dalam perjuangan teruji keikhlasan...
well, Selamat Lebaran semuanya
IED MUBAROK
mohon maaf lahir dan bathin, taqabalallahu minna wa minkum :)
Senin, 15 Agustus 2011
Sabtu, 25 Juni 2011
the blogmistress is 18
Dwi Mustika Handayani, penulis blog ini, telah menginjak usia delapan belas. Dua hari yang lalu, Kamis, 23 Juni 2011.
Ah, delapan belas. Ternyata saya bertambah tua, seiring berjalannya waktu, saya harap kedewasaan saya pun berjalan seiring dengan bertambahnya usia saya. Amin.
Tahun ini, sedikit berbeda. Ketika saya dahulu biasanya menunggu nunggu datangnya tanggal ini, bahkan sampai menjaga mata saya tetap terjaga sampai lewat tengah malam. Sungguh lucu ketika saya mengingat, saya menyengajakan diri tidur terlalu larut untuk sekadar mengucap “Selamat Ulang Tahun, Tika” lalu kemudian tidur dan bukannya memperpanjang usia dengan memanjatkan syukur kepada Dia yang telah memberi nafas dan denyut nadi sedemikian banyak, atas segala kenikmatan yang telah Dia berikan selama saya menjalani hidup saya. Ketika saya, menereka – nerka siapa yang akan mengucap selamat pertama kali, berharap seseorang mengingat tanggal ini, dan bahkan menerka hadiah apa saja yang akan saya dapatkan. Luar biasa ya saya, betapa saya dahulu terlalu mengistiwekan tanggal ini.
22 Juni 2011, saya terlelap tidur, kira kira pukul sembilan malam dengan hp ternonaktifkan. Saya meninggalkan sesorang yang saat itu sedang SMS-an sama saya, menghiraukan semua panggilan masuk. Saya kelelahan, pada hari itu.
Ketika pada akhirnya saya terbangun pada dini hari, dan memasak makanan untuk saya sahur, kebetulan hari itu hari kamis. Semua rasanya masih biasa. Nasi abon itu rasanya masih biasa. Pagi itu dingin seperti biasa. Sampai saya sadar tanggal itu adalah tanggal kelahiran saya, sampai saya sadar, bahwa saya hari itu, telah bertambah tua.
Saya mendapatkan beberapa pesan di kotak masuk saya. Okelah jujur saja, saya masih menerka siapa yang pertama kali mengucap selamat kepada saya. Salah satunya dari seseorang. Saya tersenyum, namun sedikit pilu. Alasannya, aneh. Seperti mencampur semua jenis buah buahan, lalu diberi banyak rempah rempah bumbu dapur. Pokoknya aneh.
Setelah saya melihat jadwal kegiatan saya hari itu, yang ternyata cukup padat, saya memutuskan untuk kembali tidur. Tidur semalam tidak mampu rupanya memulihkan penat saya yang menumpuk. Sampai akhirnya seseorang, teman satu kosan saya mengetuk pintu. Saya beler. Saat itu sudah pukul setengah delapan pagi. Seharusnya saya ada pertemuan dengan klub cinematografi di kampus pada pukul delapan.
Saya membuka pintu.
LABBA ZAPPA DOO !
Disana berdiri Tari, Rara, dan Anka dengan Rara membawa kue ulang tahun dengan banyak lilin menancap di atasnya. Nyanyian selamat ulang tahun bergaung di lorong kosan. Dan saya teriak kaget. Jujur. Itu masih sangat pagi mengingat kelas baru ada pukul satu siang. Saya malu, masih bau, mata masih beler dan saya masih nampak lelah. Dan mereka merekam saya. Dengan kecepatan kuda saya melarikan diri saya ke westafel kamar mandi dan menyiram muka saya dengan air. Setidaknya lebih baik.
Setelah meniup lilin. Anka membalik kamera hp Rara dan berkata. “Penggrebekan Tika, selesai”
Lucu. Mereka teman – teman saya.
Rara memotong kue dan menyodorkan kepada saya. Saya galau setengah mati, saya sedang puasa. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan puasa saya. Saya tergoda juga untuk mencicipi kue ulang tahun dari mereka, saya juga merasa tidak tega dans angat berterima kasih dengan mereka yang telah mengupayakan cara seperti ini kepada saya. Anka, rumahnya jauh. Ia harus naik kereta dari Cawang. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa bangun dan datang ke kosan saya sepagi ini untuk hal ini. Padahal saya pun masih tertidur pulas saat itu.
Dan pagi itu, mungkin mereka yang telah menguapkan penat yang semalam terasa, membawa sumringah pada wajah saya. Pagi itu, saya langsung bolos klub cinematografi. Pagi itu, kita langsung menuju ke McDonald Depok Mall, mumpung masih menu breakfast. Kami bercerita banyak, tertawa banyak, menggila banyak seperti orang bodoh. Kami terlihat bodoh ketika makan, terlihat bodoh sebelum makan, dan terlihat bodoh sesudah makan. Kira kira satu setengah jam lamanya kami disana, berceloteh tentang apapun yang lucu dan menyebalkan di dunia ini, ketika pada saat itu, toko – toko lain di Depok Mall belum mulai buka.
Jadwal hari itu pun mengalir begitu saja seperti hari hari sebelumnya. Latihan saman, dilanjutkan dengan kelas kimia organik, lalu kelas fisika modern.
Malamnya ibu dan ayah saya datang ke depok untuk sekadar makan malam bersama. Agak lucu ya sebenarnya, saya telah delapan belas tahun, tapi ibu dan bapak saya masih seperti ketika saya lima belas tahun. Ibu saya, dari kantornya di daerah thamrin, langsung naik kereta ke Depok. Ayah saya, mengemudi mobil dari rumah. Dan saya, mengojek dari kosan. Kami bertemu di halte Pondok Cina. Dan makan malam keluarga berlangsung, seperti biasanya.
Dan malam harinya, sesorang membuat suatu tulisan di blog yang sangat menyenangkan sekaligus menjengkelkan. this page Arfanizar, dia teman saya yang menyebalkan, tetapi sangat baik.
Dan saya tidur hari itu dengan senyum. Lagi lagi kelelahan.
Dan bantal, guling, boneka teddy, panda, dan kasur saya, terasa jauh lebih empuk. Suara-suara malam pun bersahutan mengantar saya masuk ke dalam mimpi mimpi saya.
Semoga esok selalu lebih baik.
Itu ceritaku, mana cerita kamu ?
Ah, delapan belas. Ternyata saya bertambah tua, seiring berjalannya waktu, saya harap kedewasaan saya pun berjalan seiring dengan bertambahnya usia saya. Amin.
Tahun ini, sedikit berbeda. Ketika saya dahulu biasanya menunggu nunggu datangnya tanggal ini, bahkan sampai menjaga mata saya tetap terjaga sampai lewat tengah malam. Sungguh lucu ketika saya mengingat, saya menyengajakan diri tidur terlalu larut untuk sekadar mengucap “Selamat Ulang Tahun, Tika” lalu kemudian tidur dan bukannya memperpanjang usia dengan memanjatkan syukur kepada Dia yang telah memberi nafas dan denyut nadi sedemikian banyak, atas segala kenikmatan yang telah Dia berikan selama saya menjalani hidup saya. Ketika saya, menereka – nerka siapa yang akan mengucap selamat pertama kali, berharap seseorang mengingat tanggal ini, dan bahkan menerka hadiah apa saja yang akan saya dapatkan. Luar biasa ya saya, betapa saya dahulu terlalu mengistiwekan tanggal ini.
22 Juni 2011, saya terlelap tidur, kira kira pukul sembilan malam dengan hp ternonaktifkan. Saya meninggalkan sesorang yang saat itu sedang SMS-an sama saya, menghiraukan semua panggilan masuk. Saya kelelahan, pada hari itu.
Ketika pada akhirnya saya terbangun pada dini hari, dan memasak makanan untuk saya sahur, kebetulan hari itu hari kamis. Semua rasanya masih biasa. Nasi abon itu rasanya masih biasa. Pagi itu dingin seperti biasa. Sampai saya sadar tanggal itu adalah tanggal kelahiran saya, sampai saya sadar, bahwa saya hari itu, telah bertambah tua.
Saya mendapatkan beberapa pesan di kotak masuk saya. Okelah jujur saja, saya masih menerka siapa yang pertama kali mengucap selamat kepada saya. Salah satunya dari seseorang. Saya tersenyum, namun sedikit pilu. Alasannya, aneh. Seperti mencampur semua jenis buah buahan, lalu diberi banyak rempah rempah bumbu dapur. Pokoknya aneh.
Setelah saya melihat jadwal kegiatan saya hari itu, yang ternyata cukup padat, saya memutuskan untuk kembali tidur. Tidur semalam tidak mampu rupanya memulihkan penat saya yang menumpuk. Sampai akhirnya seseorang, teman satu kosan saya mengetuk pintu. Saya beler. Saat itu sudah pukul setengah delapan pagi. Seharusnya saya ada pertemuan dengan klub cinematografi di kampus pada pukul delapan.
Saya membuka pintu.
LABBA ZAPPA DOO !
Disana berdiri Tari, Rara, dan Anka dengan Rara membawa kue ulang tahun dengan banyak lilin menancap di atasnya. Nyanyian selamat ulang tahun bergaung di lorong kosan. Dan saya teriak kaget. Jujur. Itu masih sangat pagi mengingat kelas baru ada pukul satu siang. Saya malu, masih bau, mata masih beler dan saya masih nampak lelah. Dan mereka merekam saya. Dengan kecepatan kuda saya melarikan diri saya ke westafel kamar mandi dan menyiram muka saya dengan air. Setidaknya lebih baik.
Setelah meniup lilin. Anka membalik kamera hp Rara dan berkata. “Penggrebekan Tika, selesai”
Lucu. Mereka teman – teman saya.
Rara memotong kue dan menyodorkan kepada saya. Saya galau setengah mati, saya sedang puasa. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan puasa saya. Saya tergoda juga untuk mencicipi kue ulang tahun dari mereka, saya juga merasa tidak tega dans angat berterima kasih dengan mereka yang telah mengupayakan cara seperti ini kepada saya. Anka, rumahnya jauh. Ia harus naik kereta dari Cawang. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa bangun dan datang ke kosan saya sepagi ini untuk hal ini. Padahal saya pun masih tertidur pulas saat itu.
Dan pagi itu, mungkin mereka yang telah menguapkan penat yang semalam terasa, membawa sumringah pada wajah saya. Pagi itu, saya langsung bolos klub cinematografi. Pagi itu, kita langsung menuju ke McDonald Depok Mall, mumpung masih menu breakfast. Kami bercerita banyak, tertawa banyak, menggila banyak seperti orang bodoh. Kami terlihat bodoh ketika makan, terlihat bodoh sebelum makan, dan terlihat bodoh sesudah makan. Kira kira satu setengah jam lamanya kami disana, berceloteh tentang apapun yang lucu dan menyebalkan di dunia ini, ketika pada saat itu, toko – toko lain di Depok Mall belum mulai buka.
Jadwal hari itu pun mengalir begitu saja seperti hari hari sebelumnya. Latihan saman, dilanjutkan dengan kelas kimia organik, lalu kelas fisika modern.
Malamnya ibu dan ayah saya datang ke depok untuk sekadar makan malam bersama. Agak lucu ya sebenarnya, saya telah delapan belas tahun, tapi ibu dan bapak saya masih seperti ketika saya lima belas tahun. Ibu saya, dari kantornya di daerah thamrin, langsung naik kereta ke Depok. Ayah saya, mengemudi mobil dari rumah. Dan saya, mengojek dari kosan. Kami bertemu di halte Pondok Cina. Dan makan malam keluarga berlangsung, seperti biasanya.
Dan malam harinya, sesorang membuat suatu tulisan di blog yang sangat menyenangkan sekaligus menjengkelkan. this page Arfanizar, dia teman saya yang menyebalkan, tetapi sangat baik.
Dan saya tidur hari itu dengan senyum. Lagi lagi kelelahan.
Dan bantal, guling, boneka teddy, panda, dan kasur saya, terasa jauh lebih empuk. Suara-suara malam pun bersahutan mengantar saya masuk ke dalam mimpi mimpi saya.
Semoga esok selalu lebih baik.
Itu ceritaku, mana cerita kamu ?
Langganan:
Postingan (Atom)