Kamis, 28 Juni 2012

The Existence of God


Me : Its worth reading it. Before you read it. its not the matter about religion that appears in this passage. but, its more about the matter of belief of GOD's existence. 

Professor : You are a Christian, aren’t you, son ?
Student : Yes, sir.
Professor: So, you believe in GOD ?
Student : Absolutely, sir.
Professor : Is GOD good ?
Student : Sure.
Professor: Is GOD all powerful ?
Student : Yes.
Professor: My brother died of cancer even though he prayed to GOD to heal him. Most of us would attempt to help others who are ill. But GOD didn’t. How is this GOD good then? Hmm?

(Student was silent.)

Professor: You can’t answer, can you ? Let’s start again, young fella. Is GOD good?
Student : Yes.
Professor: Is satan good ?
Student : No.
Professor: Where does satan come from ?
Student : From … GOD …
Professor: That’s right. Tell me son, is there evil in this world?
Student : Yes.
Professor: Evil is everywhere, isn’t it ? And GOD did make everything. Correct?
Student : Yes.
Professor: So who created evil ?

(Student did not answer.)

Professor: Is there sickness? Immorality? Hatred? Ugliness? All these terrible things exist in the world, don’t they?
Student : Yes, sir.
Professor: So, who created them ?

(Student had no answer.)

Professor: Science says you have 5 Senses you use to identify and observe the world around you. Tell me, son, have you ever seen GOD?
Student : No, sir.
Professor: Tell us if you have ever heard your GOD?
Student : No , sir.
Professor: Have you ever felt your GOD, tasted your GOD, smelt your GOD? Have you ever had any sensory perception of GOD for that matter?
Student : No, sir. I’m afraid I haven’t.
Professor: Yet you still believe in Him?
Student : Yes.
Professor : According to Empirical, Testable, Demonstrable Protocol, Science says your GOD doesn’t exist. What do you say to that, son?
Student : Nothing. I only have my faith.
Professor: Yes, faith. And that is the problem Science has.

Student : Professor, is there such a thing as heat?
Professor: Yes.
Student : And is there such a thing as cold?
Professor: Yes.
Student : No, sir. There isn’t.

(The lecture theater became very quiet with this turn of events.)

Student : Sir, you can have lots of heat, even more heat, superheat, mega heat, white heat, a little heat or no heat. But we don’t have anything called cold. We can hit 458 degrees below zero which is no heat, but we can’t go any further after that. There is no such thing as cold. Cold is only a word we use to describe the absence of heat. We cannot measure cold. Heat is energy. Cold is not the opposite of heat, sir, just the absence of it.

(There was pin-drop silence in the lecture theater.)

Student : What about darkness, Professor? Is there such a thing as darkness?
Professor: Yes. What is night if there isn’t darkness?
Student : You’re wrong again, sir. Darkness is the absence of something. You can have low light, normal light, bright light, flashing light. But if you have no light constantly, you have nothing and its called darkness, isn’t it? In reality, darkness isn’t. If it is, well you would be able to make darkness darker, wouldn’t you?

Professor: So what is the point you are making, young man ?

Student : Sir, my point is your philosophical premise is flawed.
Professor: Flawed ? Can you explain how?
Student : Sir, you are working on the premise of duality. You argue there is life and then there is death, a good GOD and a bad GOD. You are viewing the concept of GOD as something finite, something we can measure. Sir, Science can’t even explain a thought. It uses electricity and magnetism, but has never seen, much less fully understood either one. To view death as the opposite of life is to be ignorant of the fact that death cannot exist as a substantive thing.
Death is not the opposite of life: just the absence of it. Now tell me, Professor, do you teach your students that they evolved from a monkey?

Professor: If you are referring to the natural evolutionary process, yes, of course, I do.
Student : Have you ever observed evolution with your own eyes, sir?

(The Professor shook his head with a smile, beginning to realize where the argument was going.)

Student : Since no one has ever observed the process of evolution at work and cannot even prove that this process is an on-going endeavor. Are you not teaching your opinion, sir? Are you not a scientist but a preacher?

(The class was in uproar.)

Student : Is there anyone in the class who has ever seen the Professor’s brain?

(The class broke out into laughter. )

Student : Is there anyone here who has ever heard the Professor’s brain, felt it, touched or smelt it? No one appears to have done so. So, according to the established Rules of Empirical, Stable, Demonstrable Protocol, Science says that you have no brain, sir. With all due respect, sir, how do we then trust your lectures, sir?

(The room was silent. The Professor stared at the student, his face unfathomable.)

Professor: I guess you’ll have to take them on faith, son.
Student : That is it sir … Exactly ! The link between man & GOD is FAITH. That is all that keeps things alive and moving.

P.S.By the way, that student was EINSTEIN.

Rabu, 27 Juni 2012

Ulang Tahun

Saya tidak menyangka bahwa ternyata tahun ini akan menjadi sangat istimewa. Padahal saya baru saja merasa lebih besar dengan tidak menunggu dan mengingat hari ini, tapi justru beriringan dengan itu, dunia menunjukkan pada saya tentang apa yang perlu saya syukuri dalam hidup.

Dikerjain 3 kali. Baru kali ini saya ulang tahun dirayain sampe tanggal 26 Juni 2012, sampai nggak bisa kaget lagi (mungkin)
Makasih buat CT-BPH HMD Kimia, gea-anka-gadis-rani-jenny-rara, dan Humas Ranger .

Dan semuanya. Terima kasih Papa, Ibu, oh ya, dan kamu.

Jumat, 08 Juni 2012

9 Summers 10 Autumns




Saya membaca buku ini di momen yang tepat ketika saya sedang membutuhkan nafas segar di tengah engapnya dunia perkuliahan. Buku ini mengantarkan saya pada hangatnya kasih sayang keluarga, manisnya perjuangan, dan luar biasanya efek pendidikan.

Ditulis berdasarkan kisah nyata, Iwan Setiawan, yang menghabiskan masa kecilnya di rumah berukuran 6x7 meter yang beralaskan semen, di kaki Gunung Panderman, Kota Batu, Malang. Rumah yang mengantarnya menjadi direktur di Nielsen New York, United State of America. Rumah yang ia bagi bertujuh bersama ayahnya, ibunya, dan empat saudara perempuannya. Dari rumah ini, mimpi demi mimpi pun lahir. Mimpi untuk membangun kamar di atas dapur, di rumah mungilnya. 
Ayahnya seorang supir angkot yang tidak bisa mengingat tanggal lahirnya dan ibunya tidak tamat sekolah dasar. Permasalahan ekonomi hidup bersama keluarga ini, yang membuat ia dan saudaranya mencari tambahan uang dengan mengecat boneka kayu di rumah tetangganya, membantu tetangga berdagang di pasar, dan berjualan di saat bulan puasa. Sahabat kecilnya bukanlah mainan, mobil - mobilan, atau boneka barbie, melainkan buku - buku pelajaran. Melalui pendidikan, matahari mulai bersinar di atas rumah kecil ini, membentangkan jalan keluar dari penderitaan.
  
“Aku tidak bisa memilih masa kecilku”

Buku ini menampar saya, malu. Saya yang menghabiskan masa kecil di rumah beralaskan keramik, yang diberikan fasilitas dan kecukupan, tidur di atas empuknya spring bed, masih bisa – bisa nya tidak bersyukur dengan tidak belajar bersungguh sungguh. Berkali kali mengalami demotivasi diri, takut bermimpi, kembung ilmu (yang padahal mungkin cuma masuk angin). Kalah dengan sosok yang terlahir di rumah beralaskan semen, yang tidur di atas dipan bambu. Dengan kegigihan, ia berhasil melepaskan belenggu penderitaan keluarganya, dan mampu mengangkat harkat keluarga.

Melewati 9 musim panas dan 10 musim gugur, gemerlap New York telah memikat Iwan Setiawan, sampai akhirnya ia kembali ke rumah kecilnya di kaki Gunung Panderman, kembali ke keluarganya. 
Seindah apapun negeri lain, seindah apapun Paris, London, New York, atau kota manapun di dunia ini, tidak ada tempat yang lebih indah dan lebih nyaman dari rumah. Dimana mimpi terlahir, pelajaran hidup diecap, dan perjalanan hidup dimulai.

Ibu, Papa, Mas Aji, di usia saya 18 yang akan menginjak 19 ini, izinkan Tika untuk meminta maaf. Tika belum bisa membawa kesuksesan Tika ke pangkuan kalian. 18 tahun rasanya sudah terlalu lama untuk membuat kalian tersenyum bangga, namun terasa terlalu cepat berlalu. Terima kasih atas segalanya yang telah kalian kasih buat Tika. Terima kasih atas gelombang kasih yang mengalir tanpa pernah surut.

Tetap jaga semangatmu, Dwi Mustika Handayani. Hidup tidak boleh biasa – biasa saja :)

Senin, 04 Juni 2012

Guru yang Hebat, Selalu Menjadi Guru yang Hebat

Well, Tika adalah salah satu murid yang baik, smart, diligent, and calm too. Ustad paling kagum waktu Tika adalah the only one in NFBS di kelas 1 yang ngumpulin tugas libur waktu garbel longsor. 

You have determination to success, You have a good self motivation for study. You dint talk much, you just prove it with real action. You have my complement. I wish you the be the best student in NFBS. Enjoy Studying here at NFBS


With all the good comes in your life, hope you'll be a good muslimah too, best in islam way. Keep up the good mark, keep up the high motivation, and keep up Allah in your heart - Ust. R.M Luthfi, S.IP

Halo ustad, saya inget banget ustad ngasih tulisan ini ke saya, di hari ustad mengajar di NFBS. Saat itu saya masih kelas 7. Dan saya sangat senang pelajaran yang Ustad ampu. Ustad mengajar dengan kreatif dan menyenangkan, saya masih ingat ketika Ustad bercerita ketika ustad pergi berdemo dan memantati barikade polisi.

Bahkan saya sempat membenci guru pengganti Ustad saat itu yang menjelaskan bedanya hukum dan politik dan jelas sekali dia membenci politik. Saya sebal. Yang saya tahu, Ustad adalah sarjana politik, dan Ustad adalah guru yang sangat luar biasa. Kamudian dia tidak mau kalah sama Ustad sehingga bercerita seperti itu. Haha bena - benar kecil ya saya dulu.
Omong omong, Saya juga tidak suka politik, stad. Sekarang saya melihat bahwa politik itu kotor, bahkan politiknya manusia lebih kotor dari politik hewan. Tapi Ustad, sampai sekarang mungkin ustad lah satu - satunya orang politik yang terbaik, bagi saya .

Saat dulu Ustad mengenal saya, saya adalah anak perempuan yang pendiam. Ustad tau? Hidup berubah dan anak smp waktu itu sudah banyak berubah karena hidup yang dilewatinya. Saya sekarang banyak omong dan cerewet. Kalau nanti kita ketemu, saya yakin Ustad tidak akan tahan dengar ocehan saya yang tidak habis - habis ini.

Ustad, masih suka makan ikan gurame bakar?

Omong - omong Ustad, saya tidak berhasil menjadi the best student in NFBS. Saya pernah diskors loh stad di tahun kedua saya karena dalam satu bulan, saya 4 kali alpa sholat subuh ke masjid. Saya juga pernah membawa barang ilegal sehingga disita sama Ustad Harun dan harus menebusnya seharga Rp400.000. Saya bandel ya hehe. Tapi ustad, saya juga berhasil di berbagai kejuaraan dan lomba ustad. Saya ikut gebyar sains waktu itu, smansa smart competition, dan saya meraih juara. Saya juga suka ikut lomba bahasa dan berkali - kali menjadi juara, mulai dari news anchor, english speech, bahkan arabic story telling. Saya juara 1 loh ustad di lomba arabic story telling :D Terakhir, saya nomor 2 tertinggi nilai UN di NFBS stad, setelah Khonsa. I could be better, actually.
Saya mau cari alasan ya, pas UN itu saya sedang sakit ust. UN Matematika saya salah satu karena saya salah menghitung 0,5 x 2 = 0,5 !

Hehe apa kabar Ustad? Saya dengar ustad sudah menikah dan sudah punya anak? Waah semoga menjadi keluarga sakinah dan anak-anaknya sholeh/ah ya ust. Saya inget dulu ustad menulis ustad mau menjadi muslim dan ikhwan yang bauk, suami yang setia dan penuh kasih sayang buat keluarga, dan menjadi a good dad for your kids. Semangat selalu :)

Ohiya, sekarang ustad kerja dimana dan sebagai apa? Dosen kah? Atau Jurnalis? Atau PNS yang jujur dan professional? Atau sekarang jadi enterpreneur? Semua itu cita - cita yang Ustad tuliskan di lembar identitas yang Ustad kasih ke saya. Atau dosen sekaligus jurnalis sekaligus enterpreneur? Apapun itu, semoga kesuksesan selalu menyertai ustad dan keluarga.

Saya lagi stress kuliah nih, doakan saya ya :s